Dialektika Sejarah Keilmuan Bioinformatika dalam relasinya dengan Bioteknologi
Bioinformatika dan Bioteknologi
Pada tahun 80an, bersama-sama dengan Amerika Serikat, Jerman mulai mengembangkan ilmu yang tergolong baru saat itu, yaitu bioteknologi. Ditemukannya struktur DNA oleh Watson-Crick pada tahun 50an, dan dikembangkannya teknik rekayasa genetika, menyebabkan bioteknologi menjadi ‘the next big thing’ dalam perkembangan sains. Di saat yang sama, perkembangan teknologi informasi (TI) dengan ditemukannya Apple II, juga IBM-PC dan kompatibel nya, memungkinkan komputer yang sebelumnya hanya terbatas digunakan oleh korporasi dan pemerintahan, menjadi dapat digunakan oleh massa. Di sisi lain, perkembangan bioteknologi telah menghasilkan data eksperimen seperti urutan basa nukleotida dan asam amino, dalam jumlah masif. Diperlukan suatu kajian baru untuk mengelola maha data biologis tersebut, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan life sciences atau biological sciences. Pada akhirnya, di Jerman, dibentuk forum group discussion (FGD) para pakar bioteknologi dan TI yang bertajuk ‘biotechnology informatics’ untuk membahas pengembangan kajian baru tersebut. Kemudian, mereka mengelola konferensi internasional yang bertajuk ‘German Conference of Biotechnology Informatics’, yang akhirnya karena perkembangan keilmuan, dirubah namanya menjadi ‘German Conference of Bioinformatics’ walaupun dengan substansi yang sama. Forum ini, bersama forum sejenis di negara maju lain seperti Amerika Serikat dengan NCBI, menjadi salah satu ‘kawah candradimuka’ bagi kelahiran ‘European Bioinformatics Institute’ (EBI) yang sekarang sekretariatnya di Hinxton, Britania Raya.
Perkembangan di Jerman dan beberapa negara maju lain tersebut tentu saja tidak luput dari pengamatan para pejabat di organisasi dunia seperti UNESCO/PBB dan OECD. Dengan bijak, mereka melihat bahwa perkembangan bioinformatika ini seyogyanya diberi platform yang dapat diadopsi oleh semua pihak, tidak hanya untuk negara maju. Pada tahun 2004, Edgar da Silva, Direktur divisi life sciences dari UNESCO/PBB berpendapat dalam klasifikasi ‘colours of biotechnology’ yang bisa dilihat pada lampiran gambar, bahwa bioinformatika adalah bagian dari ‘gold biotechnology’. Klasifikasi ini dirilis ulang oleh Pawel Kafarski pada tahun 2012, dan menegaskan hal yang sama. Korespondensi penulis secara langsung dengan Osman Kawugu, yang menulis paper tentang ‘gold biotechnology’ , menyatakan bahwa penentuan warna ‘gold’ ini ditentukan secara arbiter, dan tidak merujuk pada nilai apapun. Jadi, menurut klasifikasi ini, ‘gold biotechnology’ merupakan bagian tak terpisahkan dari ilmu bioteknologi itu sendiri. OECD, sebagai organisasi dunia yang beranggotakan negara demokrasi maju, memperkuat klasifikasi tersebut. Di saat yang hampir bersamaan dengan pengembangan ‘color of biotechnology’ da Silva, OECD merilis policy brief mengenai bioteknologi, dan menurut mereka bioinformatika adalah salah satu teknik bioteknologi yang penting, sejajar dengan rekayasa genetika dan kultur sel/jaringan. Semenjak pengakuan organisasi dunia tersebut, tidak mengherankan kalau bioinformatika diajarkan di berbagai program studi bioteknologi di seluruh dunia.
Bagaimana dengan Bio-inspired system, seperti aplikasi robotik yang terinspirasi sistem biologi? Sekarang mulai banyak pengembangan sistem robotik misalnya, untuk health care. Sebenarnya, hal itu itu diluar epistemologi bioinformatika yang dikembangkan UNESCO/PBB dan OECD. Akan tetapi, sains tidak pernah ‘linier’ dan selalu terbuka pada proses negosiasi yang ilmiah. Ia selalu tunduk pada hukum dialektikanya Hegel sehingga selalu ada tesa, antitesa, dan sintesa. Tidak ada kebenaran mutlak dalam sains, dan tentu saja narasi besar (grand narration) yang dikembangkan UNESCO/PBB dan OECD bisa didekonstruksi secara ilmiah kapan saja. Berhubung semakin banyak praktisi TI yang tertarik di bidang ini, diperlukan konsensus baru untuk memperluas definisi bioinformatika, atau untuk menyelaraskan ilmu baru ini untuk kepentingan mereka. Tidak hanya TI, namun banyak juga bidang ilmu lain yang tertarik untuk mengadopsi bioinformatika dalam konstruksi keilmuan mereka seperti kedokteran dan farmasi. Sehingga konsensus klasik-konvensional seperti yang dikembangkan tahun 80an oleh FGD ‘German Conference of Biotechnology Informatics’ dimungkinkan akan bergeser ke arah yang baru, walaupun sebagian bioinformatisi akan tetap setia dengan konsensus lama tersebut. Kedepannya, dimungkinkan kita akan melihat bioinformatika ditafsirkan secara berbeda dengan apa yang ditafsirkan oleh pakar bioteknologi. Hal ini juga terlihat misalnya pada ilmu biokimia, dimana pakar biologi dan kimia memiliki penafsiran yang tidak sepenuhnya sama dalam pendekatan keilmuannya. Pendekatan yang berbeda, justru akan memperkaya perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, dan publik secara umum akan diuntungkan juga.
Referensi:
Dasilva, E. J. (2004). The colours of biotechnology: Science, development and humankind. In Electronic Journal of Biotechnology (Vol. 7, Issue 3, pp. 01–02). Pontificia Universidad Católica de Valparaíso. http://www.scielo.cl/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0717-34582004000300001&lng=es&nrm=iso&tlng=enOECD. (2005).
A Framework for Biotechnology Statistics. In OECD Science Technology and Innovation Policy Papers. https://www.oecd.org/sti/inno/34935605.pdfKanwugu,
O. N., Ivantsova, M. N., & Chidumaga, K. D. (2018). Gold biotechnology: Development and advancements. AIP Conference Proceedings, 2015(1), 020034. https://doi.org/10.1063/1.5055107Kafarski, P. (2012).
Rainbow code of biotechnology. Chemik Science, 66(8), 811–816. https://www.researchgate.net/publication/287253802_Rainbow_code_of_biotechnology